Bisnis Untuk Masa Pensiun

Wednesday, April 8, 2009

Cara Sendawakan Bayi

Biasanya setelah minum ASI, bayi diangkat dan disendawakan. Sebenarnya perlu tidak sih menyendawakan bayi?

Berikut artikel dari tabloid-nakita.com mengenai cara sendawakan bayi dan efek jika tidak menyendawakan bayi.


BAHAYA JIKA BAYI TAK SENDAWA

Kelihatannya sepele. Tapi jangan salah lo, masih banyak orangtua yang tak tahu cara yang tepat membuat anaknya bersendawa

Bukan hanya tak tahu cara yang benar, tapi banyak juga ibu yang menganggap menyendawakan bayi sebagai hal sepele. Akibatnya, masih ada ibu yang malas menyendawakan bayinya sehabis si bayi menyusu. "Padahal, sebetulnya sendawa gampang dilakukan. Apalagi sudah merupakan hukum alam, pasti bisa," terang dr. H. Adi Tagor, SpA, DPH, spesialis anak RS Pondok Indah, Jakarta.

Menyendawakan bayi, lanjut Adi, sangat penting. Terutama untuk bayi di bawah usia 6 bulan atau pada waktu tahap makanan cair atau makanan padat pertama. Semisal saat makan bubur susu. "Karena lambung bayi masih kecil, sementara kebutuhannya meningkat dengan pesat. Kebutuhannya sebagian besar masih berupa makanan cair. Sementara volume makanan cair itu besar."

Berbeda bila setelah bayi mendapatkan makanan padat. Makanan padat memakai ruang lambungnya lebih efisien karena volume makanannya tidak begitu banyak seperti halnya makanan cair.

HINGGA 9 BULAN

Umumnya, sendawa dilakukan sekali setelah bayi menyusu. Itu bila lambung si bayi normal. Tujuannya untuk melancarkan pencernaannya agar tidak kolik, muntah sampai masuk paru-paru, dan menghindarkan kurang kalori-protein.

Pada bayi yang lambungnya sangat kecil, sendawa bisa dilakukan beberapa kali. Jadi, setelah menyusu lalu disendawakan, kemudian menyusu lagi dan disendawakan lagi. "Begitu pula pada bayi-bayi yang pencernaannya kurang bagus, di mana setelah masuk makanan lalu pencernaannya menghasilkan banyak gas, maka harus disendawakan lagi setelah 10-20 menit atau setelah setengah jam."

Umumnya, menyendawakan bayi masih perlu dilakukan sampai usia bayi 9 bulan. Setelah itu, biasanya anak sudah bisa bersendawa dengan sendirinya karena anak sudah banyak bergerak dan posisi badannya pun banyak berubah. Jadi, misalnya, dia tidur tengkurap, maka perut tertekan oleh berat badannya sehingga angin dari perut kemudian turun ke dubur dan keluarlah udaranya dengan cara kentut.

POSISI HARUS TEGAK

Agar sendawa berhasil, tekniknya harus benar, yaitu tubuh bayi vertikal atau tegak lurus. Kemudian dagu bayi menyandar pada bahu ibu, badan lurus ke bawah, dan leher bayi disangga oleh tangan ibu.Walaupun kelihatan mudah, masih banyak pula orang tua yang melakukan kesalahan. Misalnya, posisi dagu si bayi tidak lebih tinggi dari bahu ibu sehingga mulut dan hidung bayi bisa tertutup tubuh ibu. Tentu saja posisi ini berbahaya dan salah. Padahal, bila salah posisi, sendawa sulit terjadi dan bahkan bisa membuat bayi muntah. Kesalahan yang lain, posisi bayi kadang tidak lurus malah bengkok. Juga saat menepuk punggung terlalu lemah dan tempat yang ditepuk terlalu tinggi atau di bagian bahu/pundak, atau justru terlalu rendah yaitu di bagian bawah (bagian pantat). Cara yang benar adalah menepuk tubuh bagian tengah (lambung terletak di tengah) di bawah iga kiri.

Selain itu, jarang pula ibu yang agak menggoyangkan bayinya kala bersendawa, sehingga membuat sendawa lama keluar. Yang tepat, tubuh bayi agak sedikit digoyangkan seperti menggoyangkan botol.

Sendawa juga bisa dilakukan sambil duduk. Caranya, bayi menghadap ibu. Jadi, setengah duduk sementara lehernya disangga, lalu bagian lambungnya ditepuk-tepuk. Namun cara ini biasanya menjadikan sendawa bayi lebih lama muncul karena posisi tubuhnya agak sedikit bengkok. Sebetulnya, menurut Adi, bila orang tua menyendawakan bayi dengan teknik yang benar, maka tak sampai 2-3 menit, sendawanya akan keluar.

BISA BERBAHAYA

Menurut Adi, tidak ada bayi yang tidak keluar sendawanya, kecuali ia punya kelainan. Biasanya kelainannya berupa esofagus (tempat menelan) yang menyempit. Bisa juga letak lambung bayi yang tidak benar, semisal agak melintir. Namun hal ini jarang sekali terjadi.

Bayi yang tidak bersendawa, lanjut Adi, bisa menyebabkan muntah. Hal ini bisa berbahaya karena muntahannya kemungkinan masuk ke hidung dan paru-paru. Padahal, paru-paru seharusnya tidak boleh kemasukan cairan. Nah, kalau itu terjadi, bayi bisa tersedak/terjadi aspirasi yang dapat menyebabkan radang paru-paru beberapa lama kemudian. Gejalanya seperti sesak napas, tubuh biru-biru, batuk-batuk, dan bisa disertai panas kalau ada kuman yang ikut masuk.

Bahaya lainnya adalah karena berisi angin melulu, maka makannya jadi sedikit. Akibatnya, pencernaan pun terganggu. Bisa diare, radang lambung, dan juga jumlah kalori-protein yang masuksedikit. Bisa juga karena ada udara di perut, bayi jadi menangis sepanjang malam.

Adi pun mengingatkan, terutama pada bayi yang sering mengalami kolik atau muntah, sebaiknya harus diperiksa oleh dokter karena dikhawatirkan adanya penyempitan pintu lambung (pilorus stenosis), penyempitan esofagus, atau lainnya. Meski, lanjutnya, kasus tersebut jarang terjadi.

Dedeh Kurniasih

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Penghasilan Tambahan dari Belanja Bulanan